Jodoh Dari Sahabat Pena Versi Lama

Sahabat Pena (Slorasauna.blogspot.com).png

sumber gambar: Slorasauna.blogspot.com

Terinspirasi tulisan mas Nur Irawan dalam Perihal Sahabat Pena Yang Menginspirasi saya jadi ingin menuliskan pengalaman pribadi saya terkait sahabat pena. Istilah sahabat pena yang saya maksudkan di sini bukan sahabat pena melalui blog atau sosial media, karena jaman saya masih muda internet belum memasyarakat seperti sekarang, sehinga kami bersahabat pena dipertemukan melalui koran/majalah. Bagaimana ceritanya?

Saat saya masih sekolah di  SMP dan SMA  ayah saya sering membeli koran. Kadang membeli koran Suara Merdeka, kadang Suara Karya, kadang Berita Yudha dan lain-lain. Di salah satu koran ada kolom “Sahabat Pena”, kalau tidak salah koran Suara Karya yang terbit hari minggu. Kolom Sahabat pena tersebut intinya mewadahi para remaja yang ingin mencari kenalan/sahabat di seluruh tanah air. Dalam satu kali terbit pada  kolom sahabat pena berisi beberapa pas foto hitam putih ukuran 3 X 4  dari orang yang berbeda dan di bawah masing-masing pas foto tertulis nama, alamat , dan identitas lain dari pemiliki masing-masing pas foto..

Tentu saja saya sering ikut membaca koran yang dibeli ayah saya dan salah satu kolom favorit yang selalu saya baca ya kolom “sahabat pena”, hingga suatu hari saya tertarik untuk ikut memajang foto pada kolom sahabat pena tersebut.  Saya berpikir sepertinya asyik bisa  surat-suratan dengan teman yang ada di luar kota. Maka sayapun mengirimkan pas foto ke alamat Suara Karya  lengkap dengan identitas seperti yang ada di koran. Saat saya mengirimkan foto tersebut tidak terbetik sedikitpun di benak saya bahwa saya ingin mencari jodoh melalui Sahabat Pena, karena saat itu saya masih sekolah dan bahkan punya keinginan kuliah setelah lulus SMA. Jadi tujuan menjadi Sahabat Pena murni karena ingin memiliki banyak teman/sahabat dari seluruh tanah air.

Setelah mengirimkannya, lebih kurang seminggu kemudian datang banyak surat ke alamat saya. Saat itu kami memasang kotak surat di depan rumah lengkap dengan jalan dan nomor rumah kami, sehingga setiap datang surat langsung dimasukkan ke kotak surat tersebut oleh pak Pos. Saya selalu riang gembira setiap pulang sekolah jika menemukan  surat di dalam kotak surat kami. Surat-surat yang saya terima berasal dari berbagai daerah, dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,  Irian Jaya (Papua), dan tentu banyak juga yang berasal dari Jawa. Surat-surat tersebut sebagian besar berasal dari cowok, meskipun ada pula yang dari cewek. Ada yang usianya masih SMA seperti saya, tapi kebanyakan sudah kuliah atau kerja. Dan surat-surat tersebut selalu kubalas dengan senang hati. Saat itu surat biasa (tidak kilat)  masih menggunakan perangko seharga Rp.40, dan bila surat kilat seharga Rp.150. tetapi harga perangko tersebut berangsur-angsur naik. Meskipun seringkali aku terlambat membalas surat karena belum bisa membeli perangko, tetapi aku selalu berusaha membalas surat-surat tersebut dengan mengorbankan uang jajanku.

Rasanya saat itu merupakan salah satu tahapan dalam hidup saya yang paling membahagiakan. Saya selalu membaca surat -surat sahabat pena dengan perasaan suka cita dan membalasnya dengan antusias. Sekarang saya baru menyadari  mungkin salah satu hal yang menyebabkan saya senang menulis setelah dewasa adalah kebiasaan menulis surat kepada sahabat pena saat masih remaja.

Dari sekian banyak sahabat pena, yang bertahan sampai beberapa bulan hanyalah beberapa orang, dan diantara yang bertahan itu adalah seorang sahabat pena dari Sorong Irian Jaya. Sahabat pena ini sebenarnya berasal dari salah satu daerah di Jawa Tengah, tetapi sedang bekerja di sana. Komunikasi dengannya tidak terlalu lancar, karena seringkali suratnya berminggu-minggu bahkan terhitung bulan baru saya terima. Meskipun begitu komunikasi kami tidak terputus.  Selain mengirim surat, dia juga seringkali mengirimi aku majalah-majalah agama dan kadang-kadang hadiah kecil. Oleh karena itu aku merasa mendapat perhatian lebih darinya bahkan dia  sering menasehatiku masalah-masalah  keagamaan maupun masalah sehari-hari.. Sehingga  tidak terasa lama-lama komunikasi dengannnya makin intensif hingga tak terasa saling menyukai lebih dari sebagai sahabat pena.

Setelah hitungan hampir dua tahun berkomunikasi lewat surat akhirnya kami ketemu darat, saat itu saya sudah lulus SMA dan  melanjutkan pendidikan di luar kota dan secara kebetulan adik dari sahabat pena satu ini, juga kuliah di kota yang sama dengan tempatku kuliah. Dengan alasan menengok adiknya, maka dia sempatkan menemuiku di tempat kost. Ternyata setelah pertemuan pertama tersebut semakin memantapkan hati kami untuk bersama. Dan alhamdulillah pada akhirnya  kami menikah dan dikaruniai 4 orang anak, meskipun yang seorang tidak dapat diemong saat baru lahir.

Di era sekarang ini mungkin banyak juga orang yang mengalami kisah serupa dengan yang saya alami, tetapi bedanya  di masa kini mereka dipertemukan bukan melalui koran atau majalah tetapi melalui internet misalnya melalui  sosial media terutama Facebook maupun melalui blog.  Jika anda memiliki kisah tersebut,  mohon bila berkenan dibagikan di kotak komentar ya….

 

34 thoughts on “Jodoh Dari Sahabat Pena Versi Lama

  1. Saya ga punya sahabat pena yang model begini bun…. kalau sahabat maya banyak (Kenalnya lewat socmed)

    sekarang kok saya malah tertarik untuk bertukar tulisan tangan begini ya. 😁😁
    Dapet surat yang bertuliskan tangan itu rasanya sesuatu sekali sepertiny..

    Disukai oleh 1 orang

    • ya wajar mabak Umi…karena sekarang kan jaman digital, sudah jarang sekali bahkan hampit tidak ada lagi orang mengirim surat tulisan tangan….
      Padahal betul sekali dapat surat bertuliskan tangan tuh sesuatu sekali, sambil mebaca rasanya deg deg plas…itu yg sdh jarang dialami anak sekarang he..he…
      Di sini saya merasa beruntung lahir lebih dulu he..he…

      Disukai oleh 1 orang

      • Saya terakhir kirim2an surat jaman kelas 6 SD. Itupun hanya dengan teman sekelas..pas mau perpisahan .. aah kangen surat2an 😅

        Bunda beruntung… mengalami masa2 seperti itu. Bahkan sampe jadi jodoh.. 😃

        Disukai oleh 1 orang

        • Oh..gitu ya dengan teman sekelas surat2an. Asyik juga tuh
          Iya Alhamdulillah, benar saya dan tentunya generasi seusia saya merasa beruntung mengalami masa segala sesuatu serba manual dan sekarang masih sempat mengalami masa digital juga. Alhamdulillah …
          Coba kalau mbak Umi tanyakan sama ibunda tentu mengalami surat-suratan juga waktu masih muda he..he..

          Disukai oleh 1 orang

        • Saling surat2an karena mau perpisahan..siswi putri2nya mau jauh2 dulu sekolah SMPnya. Jadi kita tuker2an surat…

          Waah, coba nanti saya tanya ke ibuk dirumah.. barangkali ada cerita tentang surat2an yang belum saya dengar dr beliau .. 🙂

          Disukai oleh 1 orang

    • He..he..betul mas shiq4, seringkali manusia tidak tahu datangnya jodoh kapan , dari mana, dan melalui apa. Kalau memang jodoh, nggak akan kemana, ada saja caranya untuk bertemu. tapi yang masih jomblo bukan berarti diam saja tanpa berusaha lho..he..he…

      Disukai oleh 1 orang

      • Saya malah nyaman sendirian saja. Pinginnya nikah ntar aja di atas 30 an klo bisa. Sembari menyiapkan mental. Cuma kadang risih klo dapat tekanan dari ortu suruh nikah. Hadeh…… Belum siap saya. Masih labil ha ha ha…….

        Disukai oleh 1 orang

        • Wah..mas shiq4 ini kalau nunggu di atas 30 an baru mau nikah nanti menyesal lho. Apalagi kalau sudah terlanjur nyaman sendirian nanti lama-lama lupa menikah. hayo…buru-buru mas, mumpung masih ada ortu kasihan juga orang tua keburu pengin nimang cucu dari mas shiq.he..he..he..

          Suka

        • Adik saya udah nikah mbak dan udah punya anak. Jadinya agak meringkankan. Beneran saya takut nikah, bukan karena apa2, cuma takut istri saya bingung dengan pola hidup saya yang tidak biasa. Soalnya saya ingin si istri bahagia. Cuma yg namanya kebahagiaan itu dimulai dari cara memandang sesuatu dengan positif. Klo tidak begitu mau diapain juga nggak bakalan bahagia. Lha yg susah itu klo terjadi kesalahpahaman, soalnya saya agak oon dalam melakukan tindakan alias ceroboh. Juga berkomunikasi.Dan banyak lagi lainnya. Klo istri saya tidak punya kesabaran tingkat dewa pasti sering kesal dengan kelakuan saya. Ibu saya aja sering ngomel2 gak jelas ha ha ha…….intinya Saya aneh orangnya menurut pandangan umum. Nah nyari cewek yg sama anehnya yg susah. Dan mau jadi istri saya tentu saja.

          Disukai oleh 1 orang

        • He..he…pasti ada mas calon istri mas shiq yang harus punya kesabaran tingkat dewa. InsyaAllah sudah tersedia, hanya mungkin belum ketemu sekarang. Nah untuk ketemunya perlu usaha juga kan?

          Disukai oleh 1 orang

  2. Sahabat pena menggiring orang utk berkorespondensi. Dulu juga saya sering baca ttg sahabat pena, tapi sekedar baca, gak pernah ikutan.

    Seru ya, dpt jodoh lewat sahabat pena, itulah klo udaho jodoh

    Saya pikir betul, kontribusi hobi Anda berkorespondensi pd saat itu membuat Anda ttp menulis sampai hari ini.

    Disukai oleh 1 orang

  3. Kisah-kisah dari era pra-internet seperti ini entah kenapa selalu menarik buat saya. Anak-anak yang lahir dan besar di era digital seperti sekarang nggak akan ngerti betapa luar biasanya cerita ini.

    Jangankan menunggu surat balasan yang bisa berhari-hari datangnya. Menunggu balasan pesan selama satu jam saja sekarang rasanya lama sekali.

    Ini cerita yang istimewa, saya merasa beruntung bisa membacanya.

    Disukai oleh 3 orang

    • Wah…terimakasih banyak mas Damar atas apresiasinya terhadap kisah pribadi saya ini.
      Saya jadi merasa lebih beruntung lahir dan berkembang di masa pra-internet. tetapi setiap masa selalu ada keunikannya. semua layak untuk disyukuri.

      Disukai oleh 2 orang

  4. Ping-balik: Rekomendasi 10 Artikel Menarik dari Para Bloger – FIRMANSTEA BLOG

  5. Salam kenal bunda Nur..
    Aq jadi ingat masa SMP dulu komunimasi dengan ortu masih pakai surat.
    Sensasi baca surat memang lebih greget dibanding baca bbm, wa atau chat lainnya.
    Hahaha..
    Untung yaa aq masih sempat merasakan sensasi terima surat.

    Disukai oleh 1 orang

  6. Ping-balik: Rekomendasi 10 Artikel Menarik dari Para Bloger – firmanstea

Tinggalkan komentar